Sekitar tahun 1934, Kota Pontianak terbagi dalam tiga perkampungan besar yakni, Kampung Marianne, Tengah dan Darat Sekip.

Kampung Darat Sekip sebelah barat dibatasi Jalan Rumah Sakit, sedikit de Steurs Weg, Kerkhof Weg (jalan kuburan, kini Jalan AR Hakim, kerkhof dibangun 1890), Palem Weg dan Soengai Bangkong Weg, jalan Sungai Bangkong, sekarang Jalan Johar). Bagian utara dengan Sungai Kapuas Kecil dan Jalan Parit Besar, sebelah timur Darat Weg (Jalan Darat atau jalan Teuku Umar) dan sebelah selatan Jalan Penjara. 

Luar kompleks jajaran Jalan Rumah Sakit, di Landraad Weg (Jalan Pengadilan, kini Jalan Jenderal Urip) ada kantor Inspektorat Kepolisian dan rumah kepala Inspektorat Polisi. Selain itu juga ada rumah asisten residen di sudut antara van Boekholtz Weg (jalan Sidas), Muntinghe Weg (jalan Tamar). Nama Boekholtz dan Muntinghe diabadikan dari dua nama utusan kolonial ke Pontianak sekitar 1818 pasca Inggris menduduki.

Kampung ini merupakan gabungan dari Kampung Cina, Kampung Bali, Kebon Cina, Kampung Darat dan lapangan tembak (Schijfschietterrein). Penamaan Darat Sekip karena pada saat itu posisi semula antara Kampung Darat dan Sekip.

Pemukim kawasan Kampung Darat ini terdiri dari beragam etnik. Kampung Cina dan Kampung Bali sebagian besar adalah pedagang Cina, sedangkan sebagian besar Kampung Darat adalah orang Jawa yang bekerja sebagai petani.

Dalam kawasan tiga perkampungan itu, sampai tahun 1900-an pertengahan terdapat enam sekolah, milik pemerintah maupun partikulir. Di jalan Biara (Jalan Ir H Juanda) ada Seminari milik Zending di kompleks Katedral, lalu Holland Chinesche Meisjes School di Jalan Kuburan belakang Katedral, Sekolah Rakyat (Indlandsche School) Hollands Chinesche School di Balie Weg (jalan Bali di Kampung Bali, kini jalan Sisingamangaraja), ada juga Chinesche School di Societet Weg (jalan Societet kini jalan Bardan, Societet adalah klub elit Eropa dan elit lainnya di Pontianak), dan sekolah anak Eropa (Europeesche School) di Residen Weg, di kawasan kantor residen.